HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit kronis yang paling banyak dijumpai. Seseorang dianggap mengidap hipertensi bila secara berulang hasil pemeriksaan tekanan darahnya melebihi 140/90 mm Hg.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100–135mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–85 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Ada dua jenis hipertensi:
Hipertensi primer/esensial di mana tidak ada hal spesifik yang menjadi penyebabnya. Sekitar 90-95% hipertensi adalah jenis ini.
Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh kelainan atau penyakit lain, misalnya karena stress, sakit ginjal, preeklamsia, atau apnea (sesak napas saat tidur).
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), dan penyebab penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah terkait dengan harapan hidup yang lebih pendek.
Berbagai studi menunjukkan bahwa hipertensi meningkatkan risiko kematian dan penyakit. Bila tidak dilakukan pengobatan, sekitar 70% pasien hipertensi kronis akan meninggal karena jantung koroner atau gagal jantung, 15% terkena kerusakan jaringan otak, dan 10% mengalami gagal ginjal. Bila melakukan terapi dan kontrol atas hipertensi akan berhasil menekan risikonya hingga 50%.
Tanda atau gejala hipertensi
Hipertensi primer biasanya tidak menimbulkan gejala sampai setelah menahun. Diketahuinya hipertensi biasanya terjadi pada saat pemeriksaan rutin atau kunjungan ke dokter. Beberapa gejala hipertensi primer yang mungkin dirasakan:
- Sakit kepala, biasanya di pagi hari sewaktu bangun tidur
- Bingung
- Bising (bunyi “nging”) di telinga
- Jantung berdebar-debar
- Penglihatan kabur
- Mimisan
- Hematuria (darah dalam urin)
- Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi
[col_content width=”twelve”]
[/col_content]
Hipertensi sekunder menunjukkan gejala yang sama, dengan sedikit perbedaan yaitu tekanan darah biasanya turun bila pengukuran dilakukan pada posisi berdiri.
Bagaimana mengurangi risiko hipertensi?
Pada hipertensi sekunder, hipertensi harus diatasi dengan menghilangkan penyebabnya. Walaupun hipertensi primer tidak memiliki penyebab spesifik, ada sejumlah faktor risiko yang memicu kehadirannya. Berikut adalah hal yang mengurangi risiko Anda bila sudah terkena hipertensi primer:
- Jalani pola atau gaya hidup yang lebih sehat
- berhenti merokok
- mengurangi berat badan (bila kegemukan)
- mengurangi konsumsi garam sehingga asupan sodium kurang dari 100 mmol/hari
- melakukan olah raga 30-45 menit per hari.
- bila Anda menderita diabetes, jaga kondisi agar kadar gula darah terkendali
- Dengan bantuan obat-obatan, usahakan untuk mengendalikan tekanan darah tidak lebih dari 140/90 mmHg (atau 135/85 mmHg bila menderita diabetes). Ada tiga kategori umum obat antihipertensi, yaitu yang berfungsi mengurangi volume darah (diuretic), menekan resistensi pembuluh darah (vasodilator) dan mengurangi kerja jantung (cardioinhibitory).
“Jagalah Kesehatan Tanpa Batas…”
Categories
- Article (23)
- Beauty (1)
- Blog (80)
- Inspiration (2)
- Services (1)
- Special Promo (9)
- Tips & tricks (2)
- Uncategorized (10)