Kesulitan belajar (Learning Difficulties=LD) adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan adanya kesenjangan antara taraf intelegensi dengan kemampuan akademik yang harus dicapai.
Disfungsi Minimum Otak (DMO) yang mereka miliki membuat sinyal-sinyal pada indera otaknya tumpang tindih atau terjadi gangguan pada system syaraf pusat otak (neurobiologist). Hal ini yang menimbulkan gangguan berbagai perkembangan misalnya gangguan berbicara, berbahasa dan kemampuan akademik.
Jenis-jenis kesulitan belajar adalah:
1. Diskalkulia
2. Disgrafia
3. Disleksia
Ciri-cirinya:
A. Pada Usia Pra Sekolah

  1. Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya
  2. Memiliki kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata
  3. Dibandingkan anak seusianya, penguasaan jumlah katanya lebih sedikit (terbatas)
  4. Sering tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan dikemukakan.
  5. Sulit mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari.
  6. Sulit merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat.
  7. Sering gelisah yang berlebihan.
  8. Mudah terganggu konsentrasinya
  9. Sulit berinteraksi dengan teman seusianya
  10. Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya
  11. Sulit mengikuti rutinitas tertentu
  12. Menghindari tugas-tugas tertentu seperti menggunting dan menggambar.
[col_content width=”six”][/col_content][col_content width=”six”][/col_content]

B. Pada Usia Sekolah

  1. Daya ingatnya terbatas (kurang baik)
  2. Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca. Misalnya: huruf “d” dibaca “b” Contoh: duku dibaca buku atau sebaliknya buku dibaca duku. “p” dibaca “q”, “w” dibaca “m” dan sebagainya. Bila ini yang terjadi mereka termasuk dalam kelompok berkesulitan belajar disleksia.
  3. Lambat untuk memperlajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya.
  4. Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika. Misalnya tak dapat membedakan arti dari symbol minus (-), symbol plus (+) dan symbol kali (x) dan sebagainya
  5. Sulit dalam mempelajari ketrampilan baru, terutama yang membutuhkan daya ingatnya.
  6. Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu dengan tuntas. Bila ini yang terjadi, mereka termasuk dalam kelompok berkesulitan belajar hiperaktif atau GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/ADHD).
  7. Impulsif (bertindak tanpa dipikir lebih dahulu).
  8. Sulit berkonsentrasi
  9. Sering melanggar peraturan baik di rumah maupun di sekolah.
  10. Tidak mampu berdisiplin seperti sulit merencanakan kegiatan sehari-hari.
  11. Emosional, penyendiri, pemurung, mudah tersinggung, acuh tak acuh terhadap lingkungannya.
  12. Menolak sekolah.
  13. Tidak stabil dalam memegang alat-alat tulis
  14. Kacau dalam memahami hari dan waktu.
[col_content width=”six”][/col_content][col_content width=”six”][/col_content]

C. Pada Usia Remaja/Dewasa

  1. Sulit/salah mengeja huruf berlanjut hingga dewasa
  2. Masih sering menghindari tugas-tugas membaca dan menulis.
  3. Mungkin saja lancar membacanya tapi tidak mengerti atau tidak bisa menjelaskan apa yang telah dibacanya.
  4. Sulit menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan lisan dan/atau tulisan.
  5. Daya ingat terbatas.
  6. Sulit menangkap konsep-konsep yang abstrak.
  7. Lamban dalam bekerja.
  8. Sering tidak teliti/ceroboh pada hal-hal yang seharusnya rinci atau sebaliknya justru fokus pada hal-hal yang rinci.
  9. Bisa salah (distorsi) dalam membaca informasi.
[col_content width=”six”][/col_content][col_content width=”six”][/col_content]

Penanganan anak-anak yang berkesulitan belajar secara umum bertujuan:
1. Membangkitkan kesadaran tentang dirinya
2. Mengoptimalkan potensi positif dan meminimalkan kesulitan/kekurangan dalam dirinya
3. Menjadi orang yang mandiri sehingga mampu mencari solusi permasalahan hidup sehari-hari.
Mereka perlu diarahkan untuk mempelajari hal-hal:

  1. Bagaimana mulai mengerjakan tugas
  2. Bagaimana cara belajar yang efektif misalnya bagaimana memegang pensil dengan benar.
  3. Bagaimana mendengarkan instruksi
  4. Bagaimana mengamati dsb
  5. Bagaimana mengorganisasikan barang-barang miliknya agar teratur.

Penanganan anak berkesulitan belajar memerlukan kerjasama yang baik, positif dan supportive antara orang tua, guru di sekolah dan beberapa orang professional seperti: dokter anak, psikiater anak, psikolog, terapis. Diperlukan upaya yang berkesinambungan untuk melaksanakan penanganannya.
Orang tua dan guru wajib memahami :

  1. Setiap anak adalah unik tidak bisa disamaratakan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga penanganan/pendekatan setiap anak disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.
  2. Kematangan setiap anak berbeda satu sama lain.
  3. Mereka membutuhkan lingkungan yang hangat, keceriaan, memberikan dukungan penuh agar mereka tidak merasa dikucilkan
  4. Konsisten dengan peraturan/disiplin sehingga mereka tahu apa yang boleh apa yang tidak boleh.
  5. Rutinitas kegiatan supaya mereka focus pada tugas dan kewajibannya.
  6. Hindarkan materi yang terlalu abstrak supaya mudah mereka pahami.
  7. Melatih penggunaan penginderaannya agar mereka memperoleh pengalaman nyata sehingga mudah diingat misalnya pengalaman menyentuh, merasakan, mencium, melihat dan mendengar akan dapat mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi kedalam otaknya.
  8. Menangani anak-anak yang berkesulitan belajar adalah proses yang panjang dan kesabaran yang tidak mungkin dapat dilakukan secara instant.
[col_content width=”six”][/col_content][col_content width=”six”][/col_content]

Contoh orang-orang sukses yang mengalami gangguan kesulitan belajar: Thomas Alva Edison penemu lampu pijar.
~~~**~~~